10 Muwashafat Tarbiyah
10 Muwasofat
merupakan ciri-ciri utama pembinaan seorang kader dakwah. Dari detik pertama
seseoarang itu menjejaki alam tarbiyyah, dia tidak dapat di pisahkan dengan
pembinaan muwasofat-muwasofat ini sehingga dirinya terus di baluti oleh Islam
yakni menjadi individu muslim yang unggul. Berikut merupakan sedikit
pendetailan terhadap 10 Muwasofat. Berkata Iman Hassan Al-Banna ketika melalui
marhalah ini 'Wajib ke atas setiap muslim memulakan dengan memperbaiki
dirinya, kesempurnaan itu dapat dilihat bila ia telah dapat memiliki beberapa
perkara yang meletakkan ia di peringkat tertentu yang menjadikan ia mampu
untuk memikul tanggungjawab amal Islami'
1.
Salimul Aqidah
Aqidah yang bersih
(salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan
aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah
Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan
ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang
muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana
firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku,
semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS 6:162). Karena memiliki aqidah yang
salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para
sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau
tauhid.
2.
Shahihul Ibadah
Ibadah yang benar
(shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam
satu haditsnya; beliau menyatakan: ’shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat
aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan
setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak
boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3.
Matinul Khuluq
Akhlak yang kokoh
(matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus
dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan
makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya,
baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang
mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak
dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung
sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman yang
artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung’ (QS
68:4).
4.
Qowiyyul Jismi
Kekuatan jasmani
(qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada.
Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga
dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat.
Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus
dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah
dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesehatan jasmani
harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh
lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap
sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan
sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk
yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: ‘Mu’min yang kuat
lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah’ (HR. Muslim).
5.
Mutsaqqoful Fikri
Intelek dalam
berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang
penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan
Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berpikir,
misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar
dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan
mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih
dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya
kamu berpikir (QS 2:219). Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang
harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya
seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa
kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatka pertimbangan
pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan
kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya
yang artinya: Katakanlah:samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak
mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran (QS 39:9).
6.
Mujahadatun Linafsihi
Berjuang melawan
hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus
ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan
pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan
menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu
akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu
hawa nafsu yang ada pada setkal diri manusia harus diupayakan tunduk pada
ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beragmana seseorang
dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa
(ajaran islam) (HR. Hakim).
7.
Harishun ‘ala Waqtihi
Pandai menjaga
waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini
karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan
Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama
waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah
Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni 24
jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan
tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang
menyatakan:
‘Lebih baik
kehilangan jam daripada kehilangan waktu.’ Waktu merupakan sesuatu yang cepat
berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat
dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu
dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang
disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum
datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda
sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8.
Munazhzhamun fi Syu’unihi
Teratur dalam suatu
urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang
ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam,
baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan
dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara
bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi
cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu udusán dikerjakan secara profesional,
sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian
darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas
dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian
secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.
9.
Qodirun ‘alal Kasbi
Memiliki kemampuan
usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi)
merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu
yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru
bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi
ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya
karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim
tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus
kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan
mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah
amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memilik keutamaan
yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim
amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya
itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah
Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau
ketrampilan.
10.
Naafi’un Lighoirihi
Bermanfaat bagi
orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap
muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun
dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat
besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak
adanya tirák mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu
berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat
dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa
mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah
bersabda yang
artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain
(HR. Qudhy dari Jabir). Demikian secara umum profil seorang muslim yang
disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, sesuatu yang perlu kita standarisasikan
pada diri kita masing-masing.
dari berbagai sumber.
biar semua jenis font nya sama, pake default font aja. Cari sebelah kiri atas waktu bikin postingan. kita mesti wifian nih buat belajar nge blog
ReplyDelete