Tuesday, December 23, 2014

Resume Tsawabit Al Mutghoyyirot

Bongkar Laptop buat ngerapiin data, ketemu tugas lama saat mau seleksi DM2 KAMMI KEPRI.
waktu itu tahun 2012. ya sudah, buat yang mau baca juga, silakan. semoga nambah referensi ilmunya.
cukup panjang sih...
buku ini karangan Jum'ah Amin

               Definisi Ats-Tsawabit


    • Tsawabit adalah perkara yang mesti bertahan terus tanpa perubahan atau penggantian sepanjang zaman dan disegala tempat.
    • Tsawabit pada agama atau madzhab apapun adalah penjaga aats keberlangsungannya yang menjadi karakter utama bagi utama individu-individunya dan menjadi penentu atas mereka. Secara aksiomatis, ia adalah ideology dan fondasi yang tidak bisa ditakwil, diganti, dan diubah, baik karena factor tempat, masa atau seseorang.

  1. Definisi Al-Mutaghyyirot
    • Mutaghoyyirot adalah perkara yang dimungkinkan dapat mengalami penggantian, perubahan, pentakwlian dan pengembangan.
    • Perubahan yang ada tidak membuat prinsip dan karakternya (perkara yang tidak dapat diutak-atik) hilang dan tidak dapat bertahan.
    • Merupakan persoalan murunah (keluwesan) karena perubahan waktu dan tempat memang membutuhkan keluwesan, penyesuaian dan pengakomodasian dengan tetap menjaga prinsip (Ats Tsawabit).

  2. Kombinasi Tsawabit dan Mutagoyyirot
    • Kombinasi antara Tsawabit dan Mutaghoyyirot menghasilkan kontinuitas tanpa kejumudan, penyesuaian tanpa penyimpangan, pembaharuan tanpa penyelewengan, pengembangan tanpa pemeretelan, dan pemurnian tanpa pengabaiann.
    • Keduuanya seperti dua sisi mata uang, satu sisi saja tidak berguna tanpa sisi yang lain.
    • Keberadaan Tsawabit dan Mutaghoyyirot secara bersamaan, adalah sebuah kemestian demi keberlangsungan tanpa kejumudan atau kebekuan.. tanpa kebersamaan itu kita akan jatuh dalam penggantian dan perubahan. Bahkan, ssecara perlahan-lahan kita akan menjurus ke penyimpangan.

  3. Tsawabit dan Muutaghoyyirot Islam
    • Tsawabit (Perkara-perkara tetap)
    Dalam setiap aspeknya, Islam memiliki banyak Tsawabit. Ia diwajibkan atas setiap muslim dann muslimah. Oleh karena Jama’ah Ikhwan adalah salah satu dari Jama’ah kaum muslimin, maka ia pun terikat dengan keseluruhan Tsawabit Islam dan berkomitmen dengannya sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Salaf dan Ahli Sunnah wal Jama’ah.

    • Al-Mutahhoyyirot (Perkara-perkara yang berubah)
    Ia adalah bidang garapan akal, pikiran, renungan, dan ijtihad dalam bingkai Tsawabit (perkara-perkara tetap) yang pasti.

  4. Pelajaran yang Bisa Dipetik
    • Seluruh jama’ah yang berafiliasi kepada Ahlus Sunnah wal Jama’ah haruslah bertemu dalam Tsawabit Islam.
    • Tiada satupun jama’ah yang keluar sendiri dari peerkara itu.
    • Tsawabit Islam menjadi patokan bersama-sama.

  5. Penjelasan Tsawabit wal Mutaghoyyirot
    • Ada sebagian kaum muslimin yang menganggap bahwa segala yang telah ada (dilakukan) generasi awal Islam adalah sesuatu yang final dan harus diikuti, hatta dalam model pakaian dan hal lain yang sebenarnya masuk dalam domain “umuriddunya”. Sebagian yang lain, merupakan lawan ekstrim dari golongan pertama, bahwa apapun yang ada dalam Islam bisa diubah seiring dengan perkembangan zaman. Tidak peduli apakah ia masalah muamalah maupun ibadah dan aqidah, semuanya bisa diubah mengikuti “semangat zaman”.
    • Pandangan seperti di atas bisa saja terjadi ketika seorang muslim tidak mengetahui Tsawabit dan mutaghayyirat dalam Islam. Mana hal-hal prinsip yang bersifat permanen, tidak boleh berubah. Dan mana hal-hal yang bersifat fleksibel, yang perlu dikembangkan dan dilakukan inovasi.   
    • Dalam hal dakwah dan harokah juga demikian. Termasuk ketika umat berbicara tentang gerakan dakwah Islam terbesar; Ikhwanul Muslimun. Saat harokah ini di berbagai belahan dunia melakukan transformasi dalam ‘bentuk lain’ yang ‘berbeda’ dari tampilannya pada zaman Hasan Al-Banna, banyak komentar yang menganggap bahwa Ikhwan tidak lagi berada dalam asholahnya. Terlebih ketika harokah ini di beberapa negara sering kali melakukan ‘manuver dakwah’ maka suara-suara itu lebih terdengar. Tidak hanya dari orang umum dan simpatisannya, bahkan sebagian kadernya juga ikut terbawa dalam pandangan ini.
      Sementara itu, tantangan dan problematika yang dihadapi harokah Islam sekarang berbeda dengan apa yang pernah dihadapinya dulu. Peluang yang terbuka juga tidak sama persis dengan apa yang sudah terjadi sebelumnya. Zaman dan tipologi manusia yang ada sekarang juga berbeda. Dengan argumentasi ini, ada juga kemudian yang mengusulkan bahwa ‘manuver dakwah’ harus lebih kencang dan bahkan menyangkut hal-hal yang sebenarnya prinsip juga menjadi berubah.
    • Maka, kehadiran buku Ats-Tsawabit Wal-Mutaghayyirat karya Jum’ah Amin ini menjadi cahaya terang yang bisa dijadikan referensi tentang Ikhwan, tidak hanya bagi kadernya tetapi juga bagi simpatisan dan umat Islam secara umum.   



  6. Sepuluh Tsawabit Da’wah
    • Nama Jama’ah adalah fikroh, aplikasi, sejarah dan loyalitas.
    • Amal Jama’I adalah sarana kami.
    • Tarbiyyah dan menolak kekkerasan adalah jalan kami.
    • Usroh adalah tempat asuhan tarbiyyah di kalangan kami.
    • Risalah ta’lim dan sepuluh rukun, khususnya ushul ‘isyrin (dua puluh prinsip) dan risalah ‘aqoid adalah dasar dan referensi ajaran kami.
    • Syumul (komprehensifitas) dan umum (universalitas) adalah dasar pandang kauum integral.
    • Syuro yang mengikat (mulzimah) menyelesaikan perbedaan di antara kami.
    • Menghormati peraturan dan lawaa-ih (rambu-rambu) adalah termasuk akhlaq bai’ah kami.
    • Hokum-hukum fiqih pilihan Jama’ah mengikat setiap anggota jama’ah.
    • Alllah sebagai ghoyah (tujuan utama) dalam setiap Tsawabit dan Mutaghoyyirot kami dan dalam setiap ucapan dan perbuatan kami.

  7. Sepuluh Tsawabit dalam Dakwah Ikhwanul Muslimun, yaitu:
    1. Nama Jama’ah tidak boleh berubah sebab ia merupakan cerminan fikrah, aplikasi, sejarah dan loyalitas.   
      Artinya, ketika disebutkan nama Ikhwanul Muslimun, maka akan segera tergambar sebuah jamaah dakwah dengan berbagai karakternya yang khas. Namun, ke-tsawabit-an nama ini hanya diperuntukkan bagi tandzim alamy (organisasi pusat). Adapun cabang-cabangnya di berbagai negara diperbolehkan menggunakan nama yang berbeda sesuai dengan kondisi sosial politik dan peluang serta kapasitas internal jamaah.   
    2. Beramal jama’i adalah kewajiban yang harus selalu menyatu dengan aktifis dakwahnya. Maka kader Ikhwan akan senantiasa bersama dengan jamaah baik keputusan jamaah sesuai dengan pendapatnya atau berbeda. Dan tentu saja karena jamaah ini adalah jamaah Islam maka segala keputusannya harus sesuai dengan konsep Islam dan amal jamainya pun dalam rangka penegakan Islam.   
    3. Jalan yang dilalui dalam upaya meraih cita-cita dan tujuannya adalah dengan tarbiyah. Meskipun pada saat yang sama juga ada dakwah struktural, perubahan sosial melalui gerakan massa, dan sebagainya, tarbiyah (pengkaderan) tetap menjadi langkah utama. Hal ini membawa implikasi meskipun suatu saat jamaah ini sudah memasuki ranah politik atau bahkan ranah negara, memiliki massa yang demikian banyak jumlahnya, ia tetap harus melalukan proses tarbiyah. Dengan tarbiyah itu ia menjaga dan mengembangkan kader yang sudah ada, dengan tarbiyah pula ia menambah jumlah kader itu.   
    4. Usrah adalah tempat asuhan tarbiyah. Meskipun wasailut tarbiyah (sarana-sarana tarbiyah) itu banyak, tetapi usrah tetap menjadi jiwa dari semua sarana yang ada. Meskipun sarana tarbiyah bisa berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi (misalnya dengan telekonferens dan taujih leave), usrah tidak boleh ditinggalkan. Ia menjadi benteng terakhir bagi tarbiyah, otak bagi amal jama’i, dan senjata utama dalam merealisasikan cita-cita.   
    5. Prinsip-prinsip jamaah, baik mengenai pemahaman aqidah, pemikiran, atau ideloginya bisa dirujuk dalam risalah ta’alim (khususnya ushul isyrin) dan risalah aqaid. Maka, bagi kadernya sangat diperlukan mempelajari risalah tersebut, sebab ia merupakan batasan dan arahan dalam memahami Islam. Jika batasan atau kaidah dalam risalah ini telah benar-benar dikuasai maka baru boleh baginya membaca referensi apapun dan tidak dikhawatirkan akan terkena syubhat dan ghazwul fikr dari pihak yang memusuhi Islam.   
    6. Bahwa Islam itu bersifat syumul (komprehensif) dan karenanya jamaah dakwah Islam juga harus bersifat komprehensif. Dari sini bisa diketahui kelemahan harokah Islam yang hanya mengkonsentrasikan diri pada salah satu aspek dalam Islam; aqidah saja atau politik saja, misalnya.   
    7. Syuro adalah pengikat bagi setiap ikhwah dalam memecahkan permasalahan dan menyelesaikan perbedaan.   
    8. Menghormati sistem dan peraturan jamaah adalah moralitas yang selayaknya dijunjung tinggi setiap ikhwah.   
    9. Pilihan fiqih yang telah ditetapkan oleh jamaah harus diikuti oleh anggota.
    10. Allah menjadi tujuan dalam setiap ucapan dan perbuatan.   

    Sekian, wassalam…..





Monday, December 22, 2014

Islam dan Pemuda

ini cerita singkat dari adek tingkat (zizah dan tia) yang baru ngikut TK1 FSMI Al Kautsar FE UMRAH yang kemarin sempat dikirimkannya melalui inboxku....
mari disimak

Kalo ngomongin pemuda, mau dipaksakan ataupun tidak yang selalu terbayangkan adalah sosok kuat dan cerdas. ow yeah... sangat ideal bukan? tapi begitulah. kami akan berhusnudzon. bukankah dalam haditsnya, Rasulullah bersabda: "Allah itu sesuia dengan persangkaan hambanya".
nah, kalo kami membayangkan seperti itu tentang pemuda, maka kami berharap begitulah sepantasnya pemuda hari ini. pemuda itu asset bangsa. jika pemuda hari ini tumbuh menjadi generasi generasi kuat, cerdas dan religius, maka tak menutup kemungkinan, bangsa ini dimasa yang akan datang menjadi bangsa yang paling keren. ‪#‎so‬ sweet
Islam dari segi bahasa dapat diartikan sebagai selamat dan sejahtera.sejahtera berarti kesempurnaan untuk selamat dan sejahtera didunia dan akhirat.
kita hubungkan keduanya:
kita adalah pemuda kita muslim. untuk mencapai tujuan diatas tadi, maka disinilah peran kita sebagai pemuda muslim tersebut akan membawa perubahan yang memiliki tugas pokok yakni, menjadi jembatan penghubung antara realita dan idealita yang semuanya ini akan diorientasikan hanya untuk Allah SWT.
pertanyaannya adalah bagaimana membentuk diri menjadi pemuda muslim?
jawaban sederhana kami sebagaimana status kami sebagai mahasiswa yang selalu menjadikan kampus sebagai rumah kedua kami
kami memulainya dari sini, Lembaga Dakwah Kampus. LDK ini adalah organisasi kemahasiswaan internal kampus. organisasi ini menjadikan islam sebagai basic pergerakannya. ‪#‎kita‬ bahas tentang LDK dilain waktu.
diakhir, marilah kita sebagai pemuda muslim semangat untuk menjadi generasi terbaik yang menjadikan islam sebagai minhajulhayah bersama LDK, bersama mentoring!!

Friday, December 12, 2014

Konsep Diri, Pentingkah?

Hidup dizaman yang penuh serba serbi itu sesuatu banget. Banyak rasa. Penuh tantangan, iya. kebahagiaan juga iya. Tapi dua rasa itu kalo bisa dijalani dengan baik, hasilnya bakalan baik juga. Bak kata pepatah, Seperti Buih dilautan. Gak punya pendirian, identitas gak jelas atau gak punya konsep diri. Sebagai makhluk Tuhan yang cerdas, pasti donk gak mau dibilang gak punya identitas. nah, kuncinya itu adalah Konsep Diri.

Sederhana, konsep diri itu bisa diartikan sebagai dasar dasar yang harus dimiliki dalam diri. dasar dasar inilah yang akan menentukan langkah dalam mengawal diri untuk menentukan jati diri. Standarisasi menjadi point yang sangat penting dalam konsep diri. Standarnya itu berupa nilai nilai terhadap keyakinan dan ajaran yang didapatkan. Kalo kita seorang muslim, maka nilai nilai nilainya adalah Islam.

Ada satu tanya, bagaimanakah menyerap islam kedalam kepribadian kita? kita simak beberapa tips berikut:

pertama, kalo ingin mempunyai konsep diri yang jelas, kita harus memahami bahwa diri kita ini adalah sebagai wadah kepribadian kita. Jadi, kalo kita udah tau kalo diri kita sebagai wadah kepribadian kita, pasti donk wadah itu kita isi dengan segala kebaikan.
kedua, mengetahui model manusia yang ideal. Teman, yang kita bahas disini adalah Konsep diri. Tepatnya konsep diri seorang muslim. Sebagai seorang muslim, kita harus memahami bahwa islam sebagai sesuatu yang harus kita isi dalam wadah itu. itulah teman, maksud dari point pertama tadi, kebaikan itu berupa nilai nilai islam.

kalo dalam al quran ada juga nih, surat at taghabun ayat 16, "bertaqwalah kepada Allah menurut kemampuan kalian". itu berarti bahwa Allah mengetahui keterbatasan kita sebagai manusia dan dalam keterbatasan itulah Allah ingin kita berislam.

Nabi juga bersabda: "Allah merahmati seseorang yang mengetahui kadar kemampuan dirinya". 
dengan mengetahui kadar kemampuan diri sendiri, kita bisa memposisikan diri secara tepat dalam berbagai situasi kehidupan.

Sunday, December 7, 2014

Sukses?


Merangkai huruf menjadi kata itu mudah. Nah, dari kata jadi kalimat, apalagi paragraph itu yang kadang kudu mikir keras.Tapi tak apa, bukan kah ituharus dicoba agar terbiasa. Ini adalah rangkain huruf, kata kata dan kalimat, berpadu dan siap menjadi paragrap.Walau tak sepenuhnya sarat akan makna, ada yang baca aja sudah bahagia… Hahaa..

hari ini mau bahas tentang apa ya?

Baiklah, kemarin itu ketemu sama teman teman mahasiswa baru, ngumpul dan kami pun diskusi. Yang kami bahas tentang sukses. gak tau, terencana ataupun tidak, itulah yang kami diskusikan. Gakterlalu lama, tapi setelah itu mereka mampu membuat sebuah kesimpulan.Ini dia…

Tia Oggita: “Sukses mempunyai banyak definisi, tergantung bagaimana setiap individu memaknainya. Sukses adalah sesuatu yang menjadi harapan setiap manusia dalam proses kehidupannya yang haru sdiwujudkan dengan jalan yang benar. Sebagai seorang muslim, jalan yang benar tersebut tentunya jalan yang musti ditempuh sesuai aturannya. #sederhanakan?



Nah, agar kesuksesan terwujud, maka perlu dilakukan pembuktian berupa tindakan nyata, bukan sekedar harapan tanpa usaha. Minimal, sukses untuk membuat perubahan perubahan dalam diri, dari pribadi yang biasa menjadi LuarBiasa!”.

Jadi ingat bukunya Solikhin Abu Izuddin, ada kutipan dari BS Wibowo: 

“RaihKesuksesandenganmenggunakansemuaotak, baikotaksendirimaupunotak orang lain”.
Fahammaksudnya? ini sedikit penjelasannya.

Sebelum  membentuk diri dan melejitkan potensi, maka kita mesti memiliki profil pribadi sukses, orang biasa yang memiliki prestasi luar biasa.Seperti dijaman Nabi saw, pribadi pribadi sahabat Nabi tidak menonjol dalam hal jabatan dan kekayaan tetapi lebih menonjol pada amal dan prestasinya dihadapan Allah. Wow kan??? Gak percaya? Kita bahas Abu Bakar.

Saat itu Abu bakar dikenal bukan sebagai saudagar ansich, tetapi lebih sebagai saudagar yang dermawan hingga menginfaqkan seluruh hartanya diperangTabuk. Karenannya bagi kita, dikenal atau tidak, tidak masalah.Yang penting bagaimana amal kita diterima disisi Allah dan memperberat timbangan kebaikan disisi-Nya.Semoga sudah punya gambaran sampai disini.

Setelah melihat beberapa penjelasan diatas, pasti pemahaman kita tentang sukses akan sama, ya kan? 
Untuk penutup ada tambahan nih, dari temannya Tia. “Sekecilapapunnilaikesuksesanitu, jikakitabisamenikmatinyadanmerasakannyapastiakanmembuahkankebahagiaandankepuasan”.Zizah.Suksesitu, “bahagiadansejahtera”.“Zurrya”.

Tafsir Surat Al Fatihah




Dari beberapa referensi dapatlah sedikit ilmu tentang tafsir surat Al fatihah. Kalo gak telat datang kajian minggu lalu, bisa jadi ga kbuat nih. Tapi kemarin udah janji mau buatkan sedikit resume buat teman teman yang mau hadir tapi lagi ada agenda lain diwaktu yang sama, akhirnya dengan bermodalkan google, ketemu. Ini buat kita semua….

Al Fatihah, siapa donk yang gak tau. Bukan saja dalam kalangan pemeluk islam sendiri yang sudah memahaminya, bisa jadi dari mereka yang bukan islam, mungkin ada yang sudah fasih kalo disuruh melafalkan bacaannya. Itu artinya surat Al fatihah ini sangat popular. Tapi, kepopuleran surat ini selalu hanya sebatas menghafal dan sedikit sekali yang mencoba untuk membaca atau bahkan mempelajari tafsir surat ini. 

Surat Al Fatihah adalah surat pertama dalam al quran, yang berarti pembuka. Ia juga dinamakan Ummul Kitab (induknya kitab Al quran), Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang kali dalam sholat).

Secara umum, adahal yang lebih penting dari sekian banyak kandungan dari tafsir ini, salah satunya, Sayyid Qutb dalam Tafsir Fii Zilalil Quran menyatakan, surat Al Fatihah memuat Aqidah Islamiyah secara global, memuat konsep islam secara garis besar, memuat segenap rasa dan arahan yang mengisyaratkan hikmah dipilihnya surat ini untuk dibaca berulang ulang pada setiap raka’at dan hikmah batalnya shalat yang tidak dibacakan surat ini didalamnya.
Selain itu, surat Al Fatihah menghimpun tujuan tujuan Al Quran. Bahkan setiap makna dalam Al quran menurut Amru Bin Khalid dapat ditemukan dalamsurat ini.

Okeh, sekian dululah tentang tafsirnya walau sebenarnya sangat banyak sekali.

Saturday, October 18, 2014

Bukan Satu Rasa

#Tanggal 12 oktober, UKMI ada hajatan besar. Buat perekrutan mentoring, seminar dan training jurnalistik. Butuh banyak persiapan. Hingga yang dirasakan  bahwa 1 minggu jelang persiapan adalah minggu yang melelahkan. #strees 

#Malamnya, ada agenda mabit. Dalam perjalanan ketempat tujuan, terusik untuk buka mp3. Ma’tsurot kelar sengaja buka folder nasyid, biasanya kalo kondisi begitu, tujuan buka nasyid buat memompa semangat aja. Beberapa nasid  izzis dan shouhar mengantarkanku pada tujuan. #penat tergantikan.

#pagi-siang-sore. Minggu juga berlalu. Perjalanan balik, mikirnya nulis dulu (baru dapat motivasi buat nulis, walau acak-acakan) dan ngeberesin data acara tadi. Hebatnya, penat tak berasa. Nyampe dirumah, habis bersih-bersih, liat diapur ada “lesung” dan “ceret” kiriman emak, wah... syalalaaaa. #bahagia sekali

KANGKUNG (Special Nihgt :D)

Habis pelatihan jurnalistik kemarin, agak "tertantang" buat ngisi blog.
Kisah Sederhana dimalam itu.

Walaupun kumpul malam itu dimulai dengan bakwan dan pisang goreng, tapi yang menjadi topik sesaat kami malam itu adalah KANGKUNG. Tumbuhan jenis sayuran berdaun hijau panjang, jika dipotong- potong dan dikolaborasikan dengan beberapa terasi, cabe rawit dan beberapa barang, maka seolah-olah kami sedang menikmati makan diwarung yang spesial #bayangknlah sendiri dan sile dicoba....
Baik, makan malam itu ada aku, mega, ayu, yani, iin, nuriana. Sebenarnya malam itu ada fatma, heriani, tura, haryanti dan mita. Eh, tak terlupakan lara dan tia. Tapi fatma masih dibatam, heriani sedang berjuang membantu mamaknya menyelesaikan pesanan konsumsi untuk acara seminar kami esok hari. Mbah mita yang lagi dirawat inap diRS membuat dia harus menjaga adiknya dirumah, sedangkan tura harus rapat himpunan mahasiswa tempatan. Haryanti? Sms yang masuk kalo malam itu dia udah janjian belajar kelompok. Lara dan Tia? Saat ini belum waktunya ia bisa bekumpul dengan kami. #komplit...
Nurianalah yang menyebabkan fokus kami dalam beberapa saat malam itu adalah KANGKUNG. Nuri menjamu makan malam kami dengan menu yang "istimewa". Tumisan Kangkung yang menggugah selera. Kami sangat menikmatinya. Hanya saja, .Mega yang enggan menyentuh kangkung karna belum terbiasa dengan "Kangkung". kangkung tumis nuriana, enak!
 

Monday, September 29, 2014

TARBIYAH

"Tarbiyah bukan segala galanya, tapi segalanya bisa berawal dari Tarbiyah". 



Tarbiyah saat ini telah menjadi sebuah fenomena tersendiri di bumi khatulistiwa ini. Terbukti dengan maraknya kajian keislaman yang diadakan hamper di seluruh tempat terutama di lingkungan yang isinya orang-orang yang ‘makan bangku’ pendidikan.

Pentingnya Tarbiyah
Tarbiyah sangat penting sebagai imunitas dalam menghadapi serangan musuh, selain sebagai sarana penguat aqidah. Karena Tarbiyah adalah sebuah sarana untuk membentuk pribadi dambaan ummat hingga mampu membentuk komunitas Islami menuju terwujudnya kembali sebuah peradaban ideal.
Tarbiyah yang merupakan sebuah kemestian, keharusan bagi pada da’I Islam memiliki karakteristik tersendiri yang menjadikannya ‘begitu indah’. Rabbaniyah, sebagaimana karakter Islam itu sendiri, Tarbiyah pun bersumber dan bertujuan hanya kepada Allah. Lalutadaruj atau bertahap. 

Dakwah adalah sebuah proses dan tahapan, sehingga Tarbiyah pun dilakukan dan berjalan secara bertahap, step by step, sehingga tidak memberatkan dan memaksakan meski juga tidak ringan. Selain itu dalam Tarbiyah juga berlaku tawazunalias seimbang . Artinya menempatkan segala sesuatu pada haknya. Dan juga syaamil atau universal, menyentuh seluruh lini dan sisi kehidupan. Karena Tarbiyah sebagai pondasi dakwah Islam yang rahmatan lil ‘alamiin –‘memanusiakan’ manusia. Terakhir dalam tarbiyah tidak mengenal kata cukup atau berhenti, ia berkesinambungan (istimror) sepanjang hidup. Atau yang disebut life education alias Tarbiyah madal hayah

Proses Tarbiyah
Tarbiyah dalam prosesnya dapat dilakukan minimal dengan tiga pendekatan; idealis, taktis, dan operacional.

Pendekatan idealis adalah jalan bagi pada da’i Islam, tidak ada jalan lain karena jalannya adalah jalan tarbawi yang memiliki tiga karakter mendasar.
Pertama, sulit tapi hasilnya berkualitas.

Proses tarbiyah ibarat menanam pohon jati, senantiasa harus dijaga dan diperlihara sehingga akarnya tetap kuat dan tidak goyah diterpa badai dan angin kencangn. Karenanya jalan Tarbawi merupakan proses pembentukan pribadi dambaan.

 Kedua, proses yang panjang tapi terjaga kemurniannya.

Dakwah adalah jalan panjang yang tidak hanya dilalui oleh satu generasi. Akan tetapi, meski terkadang untuk mencapai target dan sasaran tertentu harus melalui sekian banyak generasi, Asholah-nya tetap terjaga dan hammasah tetap terpelihara. Tarbiyah membentuk pribadi telah yang teruji dengan panjangnya mata rantai perjalanan dakwah serta pribadi yang tak kekang karena panas dan tak lapuk karena hujan.

 Ketiga, lambat tapi hasilnya terjamin.

Dakwah ibarat kompetisi dan bukan perlombaan, untuk itu diperlukan kesabaran dan keuletan dengan ’staying power untuk mencapai target dan sasaran dengan kualitas terjamin. Kompetisi memang terlihat lama dan lambat, akan tetapi potensi dan tenaga terdistribusi secara kolektif dan perpaduan kerjasama terarah secara baik untuk memberikan sebuah jaminan kesuksesan di akhir kompetisi. 

Watak perjalanan dakwah yang lamabat harus dilihat dari proses dan tahapannya, bukan dari perangai para pelakunya (okum da’i), karena perangai yang lambar adalah sebuah kelalaian. Dan salah satu jaminan dari proses tarbiyah adalah lahirnya kepribadian yang integral, tidak mendua, dan tidak terbelah, yang akan tampak sejauh mana keterjaminannya bila dihadapkan oleh situasi dan kondisi yang menguji integritas kepribadiannya.
Setelah ketiga faktor idealis di atas terelisasi dengan baik, maka langkah berikutnya adalah memetaka langkah-langkah taktis, untuk menyeimbangkan luasnya medan dakwah dengan jumlah kader serta menyelaraskan dukungan massa dengan potensi Tarbiyah.