Bagaikan Pungguk
yang merindukan bulan, malampun begitu. Ia terlalu berharap matahari
menyinarinya dan siang yang mengaharapkan datangnya bulan. Memang, semuanya ini hanya sebuah perumpamaan. Dan akan berubah kecuali dengan takdir Allah.
Ini tentang rindu..
Rindu sebatang pohon akan hujan..
Kemarau ini terlalu
panjang. Bumi begitu gersang. Mengharapkan hujan datang. Bagaimana tidak, ia menyadari bahwa ada sebatang pohon ditengah-tengahnya yang sangat
membutuhkan sentuhan air. Andai sedikit saja hujan tak membasahinya, pohon itu
tak akan tumbuh sempurna. Tapi tetap saja, bumi tak mampu mengetahui kapan
datangnya. Ia tak mampu berbuat yang lain.
Disisi yang lain,
walau harus bertahan dengan keadaan, pohon terlalu setia menanti. Sangat kuat
dalam ingatannya, ketika terakhir hujan menemuinya, menyapa dengan guyuran
lembutnya yang mampu memberikan energy, walau saat perginya, ia pun tak
berjanji kapan kan kembali. Bukan hujan sengaja menelantarkannya, namun ia
terlalu takut janji itu tak terpenuhi. Atau datang diwaktu yang lain.
Ditengah penantian
yang membuatnya hampir layu dan siap merelakan hidupnya saat yang difikirkannya bahwa hujan
benar-benar tak kembali, anginpun datang, bersama gerimis-gerimis kecil
membawa sebuah isyarat bahwa sang hujan bukan sengaja menyakiti diri
dengan cara seperti ini, apalagi sampai melupakannya. Pesannya, ia pasti akan datang, saat Tuhan benar-benar menakdirkan harus menemuinya.
Sang pohon begitu
bahagia. Ia pun menyampaikan rasa terimakasihnya kepada angin, setidaknya, ini
akan membuatnya semakin termotivasi menanti walau rindu begitu hebatnya dihati.
Setelah tugasnya selesai, angin pergi.
Rinduu...
Rinduu...
0 komentar:
Post a Comment